Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Mepatung, Warisan Budaya Berbagi Menjelang Galungan di Bali

Tradisi Mepatung, Warisan Budaya Berbagi Menjelang Galungan di Bali


Buletindewata.id, Badung - Menjelang Hari Raya Galungan, masyarakat Bali tidak hanya sibuk mempersiapkan berbagai perlengkapan upacara, tetapi juga menjalankan tradisi yang memperkuat solidaritas dan kebersamaan, yaitu tradisi berbagi daging atau yang disebut "Mepatung". 

Tradisi Mepatung sudah berlangsung selama bertahun-tahun, menjadi bagian dari warisan budaya yang diwariskan turun-temurun di komunitas adat Bali. Mepatung tidak hanya sekadar berbagi daging, tetapi juga simbol gotong royong, kepedulian sosial, dan kebersamaan dalam masyarakat adat. 

Daging yang dibagikan biasanya terdiri dari daging babi dan daging ayam, yang telah menjadi bagian dari kebutuhan utama dalam sajian upacara Galungan dan Kuningan. Tradisi ini juga dianggap sebagai bentuk nyata dari konsep "menyama braya" prinsip sosial dalam budaya Bali yang menekankan persaudaraan dan kebersamaan.  

Kabupaten Badung menjadi salah satu wilayah di Bali yang masih aktif menjalankan tradisi ini. Beberapa desa adat memiliki cara tersendiri dalam pelaksanaannya. Contohnya, LPD Adat Kedonganan tahun ini membagikan sebanyak 4.326 paket daging yang terdiri dari 8,6 ton daging babidan 4,3 ton daging ayam. Setiap warga adat menerima 3 kg daging, yaitu 2 kg daging babi dan 1 kg daging ayam, dengan total penerima manfaat mencapai 25.000 orang.  

Sementara itu, Desa Adat Tanjung Benoa juga menjalankan tradisi berbagi dengan memberikan dua ekor ayam dan uang bumbu senilai Rp 100 ribu kepada kurang lebih 800-an krama desa. "Usai paruman di masing - masing banjar membagikan 2 daging ayam dan uang bumbu Rp 100 ribu.Sebelumnya program ini sudah terlaksana dengan ayam 1 ekor dan uang Rp. 50 ribu. Dan sekarang sudah meningkat. Ini merupakan kolaborasi antara desa adat dan LPD di desa adat", Bendesa Adat Tanjung Benoa, I Made Wijaya yang akrab di sapa Yonda.

Tradisi Mepatung, Warisan Budaya Berbagi Menjelang Galungan di Bali


Di tengah era modernisasi, menjaga tradisi seperti Mepatung sangat penting agar identitas budaya tetap lestari. Bendesa Adat Tanjung Benoa, Yonda, menekankan bahwa pelestarian budaya merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya menjaga karakter lokal masyarakat Bali. 

Selain menjadi bagian dari persiapan Hari Raya Galungan, Mepatung juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Dengan adanya pembagian daging ini, warga yang kurang mampu dapat menikmati hidangan tradisional khas Galungan tanpa perlu khawatir mengenai biaya pembelian daging.

Pihak desa adat memastikan bahwa kualitas dan keamanan daging tetap terjaga. Sebelum didistribusikan kepada warga, daging diperiksa dan melalui proses seleksi untuk memastikan kelayakannya sebagai konsumsi masyarakat. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen desa adat dalam memberikan yang terbaik bagi warganya.  

Tradisi Mepatung tidak hanya tentang berbagi bahan makanan, tetapi juga mengenai kebersamaan, gotong royong, dan pelestarian budaya. Dengan semangat berbagi yang tetap dijaga oleh desa adat, masyarakat Bali dapat terus mempertahankan nilai-nilai budaya dan sosial yang menjadi bagian dari jati diri mereka.(blt) 

Posting Komentar untuk "Tradisi Mepatung, Warisan Budaya Berbagi Menjelang Galungan di Bali"