Petani Bunga Pacar Air di Angantaka Berjuang Menghadapi Cuaca dan Harga Rendah Jelang Galungan
Buletindewata.id, Badung - Desa Angantaka di kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung menjadi salah satu pusat pertanian bunga pacar air (pacah) yang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan bunga menjelang Hari Raya Galungan. Namun, para petani di daerah tersebut kini tengah menghadapi tantangan besar yang disebabkan oleh kombinasi cuaca yang tidak bersahabat dan harga jual yang mengecewakan.
Pergantian cuaca yang tak terduga, antara hujan deras dan panas terik telah menyebabkan kerusakan pada bunga pacah. Kerusakan ini membuat hasil panen menurun, sementara kualitas bunga yang tersisa pun tidak sebaik biasanya. Hal ini tentu menjadi pukulan berat bagi para petani yang menggantungkan pendapatan mereka pada panen bunga, khususnya menjelang perayaan Galungan yang umumnya meningkatkan permintaan pasar.
Salah satu petani bunga di Angantaka, Wayan Ragem, menyatakan bahwa proses panen tahun ini terasa jauh lebih sulit dibandingkan tahun sebelumnya. "Kami harus bekerja ekstra keras untuk memastikan bunga yang tersisa bisa digunakan. Kerusakan akibat cuaca membuat kami kehilangan banyak peluang," ujar Wayan dengan nada penuh keprihatinan.
Selain masalah cuaca, rendahnya harga jual bunga pacah semakin memperburuk situasi. Harga di tingkat petani hanya berkisar antara Rp 7.000 hingga Rp 14.000 per kilogram, jauh dari ekspektasi mereka. Padahal, biasanya menjelang hari raya, harga bunga pacah dapat melonjak hingga Rp 20.000 atau bahkan Rp 30.000 per kilogram.
Wayan Setriari, petani lainnya, mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah penjual bunga pacah di pasar menjelang Galungan justru menekan harga di tingkat petani. "Kami sudah berharap ada kenaikan harga, tetapi tahun ini sangat berbeda. Jumlah pasokan yang berlimpah tidak memberi keuntungan bagi kami," jelas Wayan dengan nada kecewa.
Para petani berharap ada perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pihak terkait untuk membantu mereka mengatasi tantangan ini. Misalnya, solusi berupa subsidi harga, pelatihan teknik pertanian untuk mengurangi dampak cuaca buruk, atau pembukaan pasar alternatif yang dapat meningkatkan nilai jual bunga pacah di tingkat petani.
Fluktuasi harga bunga pacah sebenarnya bukan hal baru bagi para petani di Angantaka. Namun, kombinasi antara kerusakan panen dan tekanan harga yang terjadi saat ini membuat situasi semakin sulit untuk dihadapi. Meskipun demikian, para petani tetap berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan pasar, mengingat bunga pacah memiliki makna simbolis yang penting dalam tradisi Galungan.
Meskipun tantangan yang ada cukup besar, semangat para petani bunga pacah untuk terus bertahan patut diapresiasi. Mereka bukan hanya bekerja keras demi memenuhi kebutuhan pasar, tetapi juga untuk menjaga tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Bali. (blt)
Posting Komentar untuk "Petani Bunga Pacar Air di Angantaka Berjuang Menghadapi Cuaca dan Harga Rendah Jelang Galungan"