Rakerda III ASITA Bali 2025, Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan di Pulau Dewata
Buletindewata.id, Badung - Gubernur Bali, Wayan Koster, secara resmi membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) III Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Bali Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Badung. Acara yang berlangsung meriah ini mengusung tema "Tourism in Harmony with Nature: Manifesting Tri Hita Karana for Sustainable Prosperity", yang bertujuan untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan di Bali.
Rakerda III ASITA Bali 2025 diharapkan menjadi langkah nyata dalam mewujudkan pariwisata yang selaras dengan alam dan budaya lokal, serta mengimplementasikan prinsip Tri Hita Karana untuk kesejahteraan berkelanjutan. Tema ini diangkat sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian budaya, dan kelestarian lingkungan.
Dalam sambutannya, Gubernur Wayan Koster menekankan pentingnya menjaga pariwisata Bali yang berbasis pada budaya dan spiritual. Ia mengajak seluruh pelaku pariwisata di Bali untuk menata pariwisata dengan baik dan penuh tanggung jawab. "Pelaku pariwisata wajib memberikan perhatian terhadap budaya Bali karena telah berkontribusi mendatangkan wisatawan," ujar Koster.
Gubernur Koster juga mengingatkan akan tanggung jawab dalam menjaga adat, budaya, seni, tradisi, dan kearifan lokal Bali. "Ada hal yang sangat fundamental yakni tentang tanggung jawab menjaga adat, budaya, seni, tradisi, dan kearifan lokal Bali," tambahnya saat pembukaan Rakerda III ASITA Bali 2025 di Nusa Dua, Badung.
Gubernur Koster juga menegaskan bahwa biro perjalanan wisata (BPW) di Bali yang belum menjadi anggota asosiasi pariwisata yang diakui harus segera bergabung. "Kalau tidak tertib, izinnya kita cabut. Jika tidak tertib menggunakan busana adat Bali dan produk lokal Bali maka saya akan tegas," tandasnya.
Ia mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk tertib menjalankan bisnis kepariwisataan di pulau ini. "Mari jalankan bersama-sama, saya akan berada di garis terdepan untuk menjaga dan memajukan pariwisata. Maka Bali ini harus lebih bagus lagi. Pelaku pariwisata Bali mari bergerak bersama," katanya.
Sementara itu, Ketua ASITA Bali, Putu Winastra, menyampaikan bahwa Bali kini menjadi sorotan baik dari negara yang mensuplai wisatawan maupun media nasional dan internasional. "Meskipun tidak semua berfokus pada hal positif, namun kita harus melihat hal ini sebagai pemicu untuk mencari solusi terbaik," ujar Winastra.
Ia menekankan bahwa pariwisata yang tidak berkelanjutan dapat membawa dampak buruk, seperti kerusakan lingkungan, hilangnya budaya, serta ketidakadilan sosial. Oleh adanya kerjasama dengan semua pihak untuk mengubah persepsi negatif tentang pariwisata Bali.
Winastra melihat bahwa Bali memiliki peluang besar untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempromosikan budaya Bali. "Pariwisata sebagai sektor vital perekonomian Bali, mari kita bekerjasama dengan semua pihak mengubah persepsi negatif. Kita punya tantangan mengembangkan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan ekonomi tapi juga menjaga kelestarian budaya, tradisi dan orang Bali itu sendiri," tuturnya.
Ia juga menekankan perlunya langkah konkret dalam mengembangkan produk pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan destinasi yang menerapkan prinsip Tri Hita Karana.
Rakerda III ASITA Bali diharapkan dapat menghasilkan sejumlah rekomendasi antara lain:
- Reformasi infrastruktur dan sistem transportasi publik yang lebih efisien.
- Penerapan sistem pengelolaan sampah yang lebih modern dan berkelanjutan.
- Peningkatan edukasi dan pengawasan terhadap wisatawan untuk menjaga etika dan tata tertib.
- Pengawasan ketat terhadap izin usaha dan praktek korupsi dalam perizinan.
- Perlindungan budaya dan warisan Bali dari eksploitasi berlebihan.
- Transformasi model pariwisata Bali ke arah yang lebih berkualitas dan berorientasi pada keberlanjutan.
Dengan implementasi rekomendasi ini, semua insan pariwisata diharapkan dapat turut andil sehingga Bali dapat mempertahankan daya tariknya sebagai destinasi wisata kelas dunia sekaligus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian budaya, dan kelestarian lingkungan.(blt)
Posting Komentar untuk "Rakerda III ASITA Bali 2025, Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan di Pulau Dewata"