IDF International Research Forum 2024, Jembatani Strategi Inovatif Pengendalian dan Pengurangan Bahaya Tembakau
Buletindewata.id, Badung - Indonesia Development Foundation (IDF) baru-baru ini melakukan sebuah studi komprehensif untuk memahami perilaku dan pengambilan keputusan konsumen terkait rokok tradisional, rokok elektrik, serta keinginan untuk berhenti merokok. Hasil studi ini dipresentasikan dalam International Research Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, dan diharapkan dapat menjembatani pemerintah dalam merancang kebijakan serta strategi inovatif untuk pengendalian dan pengurangan bahaya tembakau.
Studi IDF ini melibatkan diskusi dengan sejumlah pakar dari dalam dan luar negeri. Fokus utama penelitian ini adalah mengeksplorasi pilihan yang dibuat oleh perokok ketika dihadapkan dengan berbagai jenis rokok berdasarkan kandungan nikotin, pesan peringatan dampak merokok, harga rokok, serta rasa atau aroma yang mempengaruhi keputusan mereka. Selain itu, studi ini juga meneliti bagaimana kebijakan yang ada dapat memengaruhi pemilihan jenis rokok.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Linear Probability Model dan pengumpulan data dilakukan melalui survei yang melibatkan 627 responden di seluruh Indonesia. Mayoritas responden adalah laki-laki dalam kelompok usia 25-39 tahun. Dari total responden, 79,3% merokok setiap hari dan 58,1% mempertimbangkan untuk berhenti merokok dengan beralih ke rokok elektrik.
Hasil estimasi studi menunjukkan bahwa harga rokok memiliki efek negatif yang signifikan terhadap pilihan merokok, baik untuk rokok tradisional maupun rokok elektrik. Ketika harga rokok tradisional naik, lebih sedikit responden yang memilih rokok tradisional, dan hal yang sama juga terjadi pada rokok elektrik. Analisis juga menunjukkan adanya elastisitas silang antara konsumen rokok tradisional dan rokok elektrik, sehingga kenaikan harga rokok dapat mendorong peningkatan probabilitas untuk berhenti merokok.
Melalui studi ini, diharapkan dapat membantu dalam merancang kebijakan dan program yang lebih efektif untuk mengurangi penggunaan rokok dan bahaya tembakau, serta meningkatkan kesehatan masyarakat.
Managing Director IDF Foundation, Harris Siagian, menjelaskan bahwa sekitar 77 juta masyarakat Indonesia merokok, dengan mayoritas berasal dari kelas menengah ke bawah. Penelitian ini juga mengungkap bahwa banyak perokok yang berasal dari kalangan petani dengan penghasilan di bawah Rp50 ribu per hari, yang merokok karena kenikmatan meskipun harus mengorbankan kebutuhan nutrisi keluarga mereka.
"Harus ada suatu keinginan untuk melakukan kolaborasi untuk melihat eviden yang mana yang bisa membantu pemerintah dan juga untuk membuat kebiijakan menurunkan resiko ini. Kita memberikan eviden untuk suatu regulasi yang ujungnya adalah pemerintah dan masyarakat yang mengambil rekomendasi tersebut," ujar Harris Siagian, Senin (21/10).
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah komprehensif seperti kampanye pendidikan publik, program penghentian merokok, pembatasan iklan, dan kebijakan bebas rokok. Intervensi kebijakan pemerintah melalui pembatasan variasi rasa atau aroma rokok, seperti rasa buah dan permen yang menarik bagi konsumen remaja, sangat penting dilakukan untuk mencegah inisiasi merokok pada remaja.
"Jadi kalau tidak berhenti merokok akan berbahaya, tapi kalui tida boleh maka beralihlah ke alternatif yang lain yang less harm full atau kurang berbahaya," ungkap Dato Sri Subromaniam Tholsary sebagai salah satu pembicara asal Malaysia dalam IDF International Research Forum 2024.
Dari study juga diketahui bahwa upaya mendorong perokok untuk berhenti merokok sangatlah penting. mengingat berdasakan data Indonesia tergolong negara yang memiliki angka kematian tinggi 132 hingga < 200 per 100.000 penduduk, dan Disability-Adjusted Life Years atau DALY sebesar 3600 hingga <5.000 per 100.000 penduduk yang disebabkan oleh tembakau.
Studi IDF ini memberikan wawasan berharga tentang perilaku perokok dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mereka untuk berhenti merokok. Dengan memahami dinamika ini, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dapat merancang kebijakan yang lebih efektif untuk mengurangi prevalensi merokok dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Melalui pendekatan yang holistik dan berbasis bukti, diharapkan Indonesia dapat mencapai pengurangan signifikan dalam penggunaan tembakau dan dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat. Studi ini juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat dalam upaya pengendalian tembakau yang berkelanjutan dan efektif.(blt)
Posting Komentar untuk "IDF International Research Forum 2024, Jembatani Strategi Inovatif Pengendalian dan Pengurangan Bahaya Tembakau"